News Rantau – Di tengah hiruk-pikuk perkembangan kuliner modern, aroma kue putu bambu tradisional tetap merebak di sudut Jalan A Yani Martapura, tepatnya di depan Gang SMAN 1 Martapura. Asap mengepul dari gerobak sederhana milik Yusuf (65), pria sepuh yang telah menjaga warisan kuliner khas Banjar selama lebih dari 50 tahun.

Mulai berjualan sejak tahun 1972 meneruskan usaha sang ayah, Yusuf kini menjadi ikon UMKM kuliner tradisional di Kabupaten Banjar. Ia setia berjualan setiap sore mulai pukul 17.00 hingga 20.00 Wita, lalu melanjutkan ke Pasar Martapura hingga malam.
“Saya masih pakai cetakan bambu, bukan paralon. Biar aroma dan keaslian kue putu tetap terasa,” ujar Yusuf sambil membungkus adonan dalam daun pisang, Sabtu (5/7/2025).
Resep Turun-Temurun, Tanpa Pengawet
Kue putu buatan Yusuf terbuat dari tepung beras pilihan, tumbukan gula merah asli, dan parutan kelapa segar. Semuanya dikukus dalam cetakan bambu, mempertahankan cita rasa autentik tanpa campuran bahan kimia atau pengawet.
Tak heran jika pelanggan berdatangan bukan hanya dari Martapura, tapi juga dari luar kota. Mereka mengincar kue putu legendaris yang sudah sulit ditemukan dengan cita rasa seautentik ini.
“Dalam sehari bisa habis sampai 1.000 potong. Harganya murah, Rp 1.500 saja per biji,” jelasnya.
Baca Juga : Penumpang Mayoritas Gadis, Perahu Kandas saat Angkut Jemaah Haul ke-99 Surgi Mufti Banjarmasin
Ikon Kuliner Jalanan Martapura
Sebagai satu-satunya penjual kue putu dengan resep orisinal di Martapura, Yusuf menjadi bukti nyata UMKM lokal yang bertahan karena kualitas dan konsistensi. Dengan dibantu dua rekannya, Yusuf menjaga tradisi sekaligus membuka lapangan kerja kecil-kecilan.
Yusuf mengaku tidak memiliki ambisi besar. Harapannya sederhana: tetap sehat dan bisa terus berjualan. “Alhamdulillah langganan banyak. Yang penting bisa tetap jualan dan orang senang makan kue saya,” tuturnya sambil tersenyum.
Harapan untuk UMKM Tradisional
Kisah Yusuf menjadi contoh sukses UMKM kuliner tradisional yang tetap hidup di tengah gempuran makanan modern. Ia menunjukkan bahwa dengan menjaga kualitas, kejujuran, dan konsistensi, usaha kecil bisa bertahan dan tetap dicintai lintas generasi.
Dengan dukungan dan perhatian dari pemerintah daerah maupun masyarakat, usaha seperti milik Yusuf diharapkan bisa menjadi warisan budaya kuliner yang lestari sekaligus penggerak ekonomi lokal.